Salah satu burung favorit saya adalah anis kembang (Zoothera interpres).
Meski saat ini burung anis kembang tidak sepopuler anis merah, anis
kembang pernah mencapai puncak kejayaan jauh melambung di atas semua
burung kicauan.
Sekitar akhir 1990 atau awal 2000,
harga pasaran anis kembang bakalan yang baru bisa ngriwik, pernah
mencapi rata-rata Rp. 3,5 juta. Begitu mulai ngeplong-ngeplong atau
ngeriwik kasar mendekati ngerol, harganya sudah di atas Rp. 5 juta.
Sedangkan yang sudah mau bunyi di arena lomba, di atas Rp. 10 juta.
Suatu rekor harga burung yang belum pernah dicapai burung lainnya.
Meski tak lagi sepopuler jaman dulu,
sebagai burung kicauan untuk hobi, burung ini tetap memiliki beberapa
kelebihan dibanding burung lain. Ketimbang anis merah (Zoothera citrina)
misalnya, anis kembang secara umum lebih gampang bunyi, lebih tahan
stres, suaranya lebih merdu, dan kalau sama-sama “jadi”, anis kembang
nyaris tidak pernah berhenti bunyi selama tidak dikerodong atau
diletakkan di tempat gelap.
Tipe suara anis kembang yang ngerol,
cenderung mendominasi suara ocehan burung lainnya jika kita gantang di
dalam rumah bersama-sama. Dibanding burung lain, anis kembang yang bisa
memiliki lagu variatif (tergantung pola pemasterannya) ini, memiliki
warna suara yang merdu. Meski bisa sangat keras, tetapi tidak
memekakkan telinga. Beda dengan warna suara burung-burung kicauan
lainnya.
Sebagai kicauan di rumah pula, dibandingkan dengan murai batu (Copychus malabaricus)
misalnya, anis kembang jarang sekali memperdengarkan suara-suara ngeban
(berulang yang membosankan). Dengan demikian, secara umum anis kembang
sebagai burung kicauan rumahan mempunyai banyak keunggulan dibanding
burung lainnya. Sementara untuk perawatan harian, anis kembang tidak
terlalu manja.
Habitat dan penangkaran
Anis kembang tersebar di daerah Nusa
Tenggara, Sunda Besar, Malaysia dan Filipina. Jumlahnya di alam pada
daerah-daerah tersebut sudah menyusut. Menurut catatan BirdLife
Indonesia, anis kembang masih mudah dijumpai di daerah Flores dan
Kalimantan. Di Indonesia, ada 12 jenis anis yang dapat ditemui di alam.
Angka tadi sudah termasuk anis kembang ini. Di wilayah Nusa Tenggara,
perburuan anis kembang sudah dimulai dari awal 1995. Saat Pulau Sumbawa
telah kehabisan ”stok”, para pemburu itu melebarkan sayap ke Flores.
Anis kembang hidup pada hutan primer,
hutan sekunder yang tinggi dan hutan yang rusak dan lahan yang pohonnya
banyak, juga petak-petak hutan yang terisolasi. Burung ini ditemukan
pada ketinggian, 200-1300 m (Lombok), 200-1000 m (Sumbawa). Sedang di
Flores dijumpai pada dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1000 m.
Selain itu, BirdLife Indonesia juga mencatat sebaran burung ini di
Sumba dan Timor. Pastinya, anis kembang merupakan burung yang sebaran
berbiaknya terbatas hanya di Nusa Tenggara saja.
Secara nasional maupun internasional,
burung ini belum dilindungi undang-undang. Sementara pada kenyataan di
lapangan, perdagangan anis kembang telah sampai pada tahap yang sangat
mengkhawatirkan. Sejak tahun 1994, menurut catatan BirdLife, Gubernur
NTB (waktu itu Warsito) telah mengeluarkan larangan terhadap
perdagangan burung di wilayah tersebut. Namun, hingga kini perdagangan
punglor di Provinsi NTB makin marak saja. Kalau begini, kisah biduanita
bersayap di alam bebas itu hanya tinggal menghitung waktu saja.
Dalam kaitan ini, perlu kiranya saat
ini digalakkan lagi penangkaran anis kembang. Burung ini relatif mudah
ditangkarkan karena tidak se-njelimet penangkarean cucakrowo, murai
batu atau bahkan dibandingkan kenari. Hanya saja, masalah harga jual
yang tidak stabil, membuat banyak penangkar yang tidak lagi
menangkarkan burung ini.
Ciri berdasar daerah asal
Secara umum, tidak ada ciri yang signifikan untuk membedakan anis kembang berdasar daerah asal.
Sama dengan anis merah atau murai batu misalnya, tidak ada perbedaan
volume, mental dan gaya tarung yang didasarkan oleh asal
daerah/habitat. Seperti pernah saya tulis, anis kembang semua wilayah
Indonesia ada yang bermental bagus volume dahsyat, ada yang bersuara
tipis, ada yang ngerol mendongak ada yang cuma ngeriwik-ngeriwik. Kalau
memilih anis kembang, pilih saja dari penangkaran yang sudah dikenal
memproduksi burung-burung jawara karena indukan-indukannya juga pilihan.
Meski tidak ada ciri-ciri khas anis
kembang berdasar daerah asal, ada sedikit referensi yang mungkin
berguna yang pernah ditulis di sebuah tabloid.
Disebutkan misalnya, anis kembang tasikmalaya (Jawa Barat) memiliki
warna trotol pada bagian dada yang tidak ngeblok atau cenderung
beraturan (bercorak), sementara bulu putih pada sayapnya terputus2
seperti sisir.Biasanya anis kembang asal Jawa Barat cenderung doyan
betina.
Anis Kembang Sumbawa (Nusa Tenggara)
warna trotol pada bagian dadanya terlihat ngeblok dan cenderung tidak
beraturan, sementara bulu putih pada sayap tertata rapi membentuk
bulatan2 seperti mega. Bodi anis kembang Sumba lebih bongsor dibanding
dengan Jawa Barat dan Borneo.
Sementara itu ciri anis kembang
Kalimantan (Borneo) adalah warna trotol pada bagian dada terlihat
ngeblok atau cenderung tidak beraturan, terdapat warna bulu kuning
kecoklatan berbaur warna trotol hitam pada bulu dada hingga sisi kiri
dan kanan di bawah bulu sayap mirip spt anis kembang remaja. Sementara
warna putih pada sayap memebentuk bulatan2 spt mega dan terputus oleh
bulu hitam dibagian bawah. Bodi anis kembang Kalimantan relatif lebih
kecil dari dan ramping ketimbang Jawa Barat dan Nusa Tenggara.
Ciri jantan dan betina
Burung anis kembang sebenarnya termasuk
burung monomorfik, yakni jantan dan betina berpanampilan sama. Namun
ada beberapa tips yang bisa digunakan untuk memilih anis kembang jantan
dan betina. Hanya saja perlu dicatat bahwa perbedaan ini hanya bisa
dilihat jika dilakukan perbandingan pada beberapa anis kembang. Kalua
hanya ada satu burung anis kembang, kadang orang yang belum
berpengalaman akan kesulitan menentukan atau memperkirakan jenis
kelamin anis kembang.
Ciri secara umum yangf sering digunakan
orang antara lain adalah pada bentuk dan struktur mata dan kelopaknya,
kontras pada bulu, cara berdiri dan cara ngeriwiknya. Untuk anis
jantan, secara umum bermata menonjol. Yang jantan, datar. Jika warna
bulu lebih tegas kontrasnya, lebih mengkilap, diyakini sebagai jantan.
Pada pantat anis kembang jantan, juga
terlihat ada bulu hitam atau abu-abu yang berlekuk-lekuk menyerupai
pola gambar awan. Sementara anis kembang, warna bulu pantat hanya
sewarna, yakni putih (bisa terang, bisa keruh). Namun membedakan warna
bulu semacam ini tidak bisa diterapkan untuk memilih anis kembang yang
masih trotolan. Untuk anis kembang trotolan, maka jika ngeriwiknya
dengan membuka paruh, diyakini sebagai jantan. Jika hanya
menggelembung-gelembungkan leher, meski terdengar keras, diyakini
sebagai betina.
Sementara kalau dilihat dari cara atau
gaya berdirinya, anis kembang jantan cenderung merapatkan kaki dan
betina sedikit merenggang dan agak menunduk. Untuk burung jantan yang
sudah birahi, jika didekatkan betina dia akan menanduk-nanduk, dengan
gaya body menyenduk-nyenduk seperti ular kobra. Sedangkan betina yang
sudah birahi, jika didekatkan atau mendengar jantan berkicau, akan
menggetar-getarkan atau membuk-tutup sayap terus-menerus.
Cara perawatan dan pakan
Perawatan anis kembang, seperti saya
sebutkan pada awal tulisan, relatif lebih mudah dibanding anis merah
misalnya. Seperti burung lain, dia perlu dimandikan dan dijemur.
Sementara untuk pola pakan dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar